Peran Universitas Negeri Jakarta dalam Mempertahankan Tradisi Kesenian Masyarakat Urban Minangkabau

You are currently viewing Peran Universitas Negeri Jakarta dalam Mempertahankan Tradisi Kesenian Masyarakat Urban Minangkabau

Jakarta sebagai kota metropolis memiliki daya tarik tersendiri, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Dalam konteks budaya, Masyarakat pendatang atau Masyarakat urban, mereka datang dengan membawa budaya dan keseniannya masing-masing. Kesenian setiap etnik, tentu yang hijrah ke Jakarta, berkembang pesat karena didukung oleh komunitas etnik masing-masing daerah, sehingga kian hari kian tumbuh dan berkembang tidak terkecuali pada Lembaga Pendidikan formal seperti Universitas Negeri Jakarta.

Salah satu yang diwadahi dalam mengimplementasikan pengembangan tradisi Masyarakat urban yang dilakukan oleh Prodi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta adalah dengan menghadirkan beberapa mata kuliah yang bersumber dari tradisi  Nusantara, baik tari maupun musik. Pada semester ganjil 119, mata kuliah yang diwadahi dalam kurikulum Prodi Pendidikan Tari adalah Mata Kuliah Iringan Tari Sumatra dan Mata Kuliah Tari Sumatra dengan local tradisi Kesenian Minangkabau.

Sekilas Tentang Musik Iringan Tari

Musik iringan tari adalah salah satu komponen pendukung yang sangat dibutuhkan pada sebuah karya tari, baik tari tradisi, kreasi, modern, bahkan tari kontemporer sekalipun.   Karenanya tari berkaitan dengan gerak tubuh yang syarat dengan kebutuhan irama, tempo, dinamika, bahkan melodi yang dihasilkan dari suara musik.

Musik iringan tari juga digunakan untuk mendukung pesan atau ekspresi yang ingin disampaikan oleh sang koreografer melalui media para penari. Tentu kehadiran musik iringan tari biasanya disesuaikan dengan jenis tarinya. Wujud dari karya musik iringan tari itu sendiri bisa berbentuk sebagai suatu karya musik instrumental, karya musik vokal, maupun karya musik campuran antara vocal dan instrumental. Jika didefinisikan musik iringan tari adalahbentuk musik pengiring yang sudah terpola dari segi birama, irama, tempo, dinamika, ritmis, melodis, dan harmoninya. Musik sebagai pengiring suatu tarian berkaitan erat dengan aspek bentuk, gaya, ritme, dan suasana tariannya.

Jika dilihat dari fungsinya musik iringan tari memiliki fungsi sebagai berikut: Mengiringi suatu penyajian atau penampilan tari, menambah semarak dan dinamisnya suatu tarian, mengatur dan memberi aksentuasi gerak tari, menjadi mengendalikan dan memberikan tanda perubahan bentuk gerak, serta penuntun dan pemberi tanda awal dan akhir sebuah tarian.

Talempong Pacik Minangkabau

Talempong Pacik dalam Pertunjukan Tari. Sumber: Abah Oca

Talempong adalah seperangkat alat musik tradisional dari Sumatra Barat (Minangkabau) yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik (alat pukul berbahan kayu). Talempong telah menyatu dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, oleh karena itu talempong sering dimainkan dalam berbagai acara adat, seperti pernikahan, batagak Penghulu, dan upacara keagamaan.

Talempong merupakan jenis musik iringan tari eksternal, karena yang bunyi yang dihasilkan bersumber dari alat musik, yakni dari talempong itu sendiri. Apabila dilihat secara sekilas, talempong memiliki bentuk yang menyerupai bonang dalam Gamelan Jawa.

Talempong pacik merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari logam dan berbentuk bundar. Pemberian nama talempong pacik juga didasarkan pada cara memainkannya, yakni dengan cara dipegang (pacik). Alat musik ini dimainkan sambil berdiri dan ada kalanya sembari berjalan. Talempong Pacik dan tarian Randai inilah yang terus dikembangkan dan dipelihara oleh Prodi Pendidikan tari FBS UNJ, sebagai bagian dari usaha pelestarian dan mengakomodir perkembangan kesenian urban khususnya di wilayah DKI Jakarta sebagai ibu kota negara.

Dalam konteks pertunjukan yang telah dipergelarkan oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Tari setiap semester, salah satunya adalah Talempok Pacik dan tari Randai sebagai materi pokok dalam Mata Kuliah Iringan Tari Sumatra dan Mata Kuliah Tari Sumatra dengan diampu oleh dosen pemilik budaya Minang yakni Dr. Romi Nursyam, M.Sn, Tuteng Suwandi, S.Kar, M.Pd, dan Ojang Cahyadi, S.Sn, M.Pd, Selly Oktarini, M.Sn, serta Prof. Dr. Elindra Yetti, M.Pd.

Tari Randai. Sumber: Abah Oca

Harapannya, semoga kontribusi positif yang telah dibangun Prodi Pendidikan Tari FBS-UNJ terhadap pemeliharaan dan pengembangan tradisi Masyarakat urban Minangkabau ini akan terus bergulir sehingga pada akhirnya Universitas negeri Jakarta menjadi Pusat pengembangan budaya Masyarakat urban tidak hanya untuk satu kalangan etnik, akan tetapi bisa mewadahi keseluruhan potensi kesenian Masyarakat urban dari daerah etnik lainnya. (Abah Oca)




[wp_objects_pdf]

Klik Button diatas untuk mengunduh versi PDF

Bagikan Artikel Ini!

Ojang Cahyadi

Dosen Pendidikan Tari Universitas Negeri Jakarta, Seniman Karawitan, dan Penulis

Leave a Reply