Kamus Kecil Karya: Joko Pinurbo Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu Walau kadang rumit dan membingungkan Ia mengajari saya cara mengarang ilmu Sehingga saya tahu Bahwa sumber segala kisah adalah kasih Bahwa ingin berawal dari angan Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba Bahwa segala yang baik akan berbiak Bahwa orang ramah tidak mudah marah Bahwa untuk menjadi gagah kau harus menjadi gigih Bahwa seorang bintang harus tahan banting Bahwa orang lebih takut kepada hantu ketimbang kepada Tuhan Bahwa pemurung tidak pernah merasa gembira Sedangkan pemulung tidak pelnah merasa gembila Bahwa orang putus asa suka memanggil asu Bahwa lidah memang pandai berdalih Bahwa kelewat paham bisa berakibat hampa Bahwa amin yang terbuat dari iman menjadikan kau merasa aman Bahasa Indonesiaku yang gundah Membawaku ke sebuah paragraf yang merindukan bau tubuhmu Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk yang hangat Dimana kau induk kalimat dan aku anak kalimat Ketika induk kalimat bilang pulang Anak kalimat paham Bahwa pulang adalah masuk ke dalam palung Ruang penuh raung Segala kenang tertidur di dalam kening Ketika akhirnya matamu mati Kita sudah menjadi kalimat tunggal Yang ingin tinggal Dan berharap tak ada yang bakal tanggal.
Dalam puisi “Kamus Kecil” karya Joko Pinurbo, penyair mengajak kita dalam perjalanan bahasa Indonesia yang dipenuhi dengan kebijaksanaan dan makna mendalam. Puisi ini mengungkapkan kekuatan bahasa sebagai alat komunikasi yang mampu menyampaikan perasaan dan pemikiran dengan indah. Bahasa Indonesia digambarkan sebagai sesuatu yang “pintar dan lucu,” tetapi kadang-kadang juga rumit dan membingungkan. Hal ini mencerminkan kompleksitas bahasa dan kemampuannya untuk mengungkapkan berbagai nuansa dalam kehidupan.
Joko Pinurbo dengan penuh kelembutan mengajarkan kita bahwa bahasa juga mampu mengarungi lautan ilmu. Bahasa adalah kunci untuk memahami sumber segala kisah, yaitu kasih. Puisi ini menggarisbawahi pentingnya memulai segala sesuatu dengan angan-angan dan menjelaskan bahwa ibu tidak pernah kehilangan kasih kepada anaknya. Ia juga menegaskan bahwa segala hal baik akan berkembang, dan sifat-sifat manusia seperti ramah, gagah, dan tahan banting dapat dibentuk melalui gigihnya usaha.
Puisi ini juga menyentuh aspek-aspek dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pembicaraan tentang takut kepada hantu lebih dari kepada Tuhan dan pemurung yang selalu terlihat tidak gembira mengingatkan kita untuk lebih menghargai kebahagiaan dalam kesederhanaan. Joko Pinurbo juga menyoroti pentingnya keyakinan dan iman dalam hidup, bahwa iman akan membawa rasa aman, dan bahwa persetujuan (amin) seharusnya bersumber dari iman.
Bagian terakhir puisi ini menggambarkan hubungan dalam bahasa yang indah. Bahasa Indonesia yang “gundah” mengundang perasaan rindu dan nostalgia, sementara malam digambarkan sebagai penghubung yang merangkai kalimat-kalimat hangat dalam hubungan. Ketika mata seseorang “mati,” perpisahan mungkin tak terhindarkan, tetapi dalam bahasa puisi, hubungan tetap abadi, berharap agar tidak ada yang pernah pergi.
Dengan demikian, “Kamus Kecil” karya Joko Pinurbo adalah sebuah puisi yang mengundang kita untuk merenungkan kekuatan bahasa, kebijaksanaan dalam kehidupan, dan makna cinta. Puisi ini mengajak kita untuk lebih memahami cara bahasa dapat menjadi jendela ke dalam perasaan dan pemikiran, sambil menghargai nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari dan makna dalam hubungan antarmanusia.
[wp_objects_pdf]
Klik Button diatas untuk mengunduh versi PDF