Universitas Negeri Jakarta Gelar Workshop Pencak Silat Betawi untuk Pengembangan Kepenarian Mahasiswa Prodi Pendidikan Tari

You are currently viewing Universitas Negeri Jakarta Gelar Workshop Pencak Silat Betawi untuk Pengembangan Kepenarian Mahasiswa Prodi Pendidikan Tari

Jakarta Kamis, 26 Oktober 2023 bertempat di Studio Tari Gedung Dewi Sartika, Prodi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta, kembali menggelar kegiatan Workshop. Workshop kali ini mengangkat materi  Pencak Silat Betawi dengan narasumber yang sangat kompeten yakni Bang Bachtiar dan Bang Ucup dari Sanggar Si Pitung Rawa Belong  Jakarta Barat, dengan moderator Selly Oktarini, dan ketua pelaksana Romi Nursyam. Kegiatan workshop ini bertujuan untuk memberi ruang dalam pengembangan kompetensi kepenarian melalui tema “Eksplorasi Silat Betawi untuk meningkatkan kompetensi kepenarian Mahasiswa Prodi Pendidikan Tari”

Dalam kesempatan ini, Koordinator Program Studi Pendidikan Tari, Deden Haerudin dengan didampingi oleh staf Dosen Prodi Pendidikan Tari, merasa bahagia dan berterima kasih atas kesedian narasumber Bang Bachtiar yang telah hadir ditengah-tengah mahasiswa dan bersedia berbagi ilmu dan pengetahuan kepada civitas akademika Prodi Pendidikan Tari terutama para mahasiswa untuk mengenal dan memperdalam kesenian Betawi sebagai identitas lokal Betawi yakni pencak silat Betawi.

“Pencak silat adalah seni bela diri tradisional asli Indonesia. Teknik dasarnya meliputi kuda-kuda, sikap pasang, pola langkah, pukulan, tendangan, tangkisan, kuncian, guntingan dan sikap berbaring.”.

Ojang Cahyadi

Dosen Prodi Pendidikan Tari FBS UNJ

Senada dengan korprodi Pendidikan Tari, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang diwakili oleh Wakil Dekan bidang 2, Krisanjaya yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam menjulangkan Fakultas Bahasa dan Seni dengan berbagai kegiatan untuk peningkatan kualitas mahasiswa, dalam rangka membangun ekosistem berkesenian khususnya kesenian Betawi sebagai identitas lokal Universitas Negeri Jakarta. Mengakhiri sambutan dan pesan Dekan FBS, Krisanjaya menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Panitia pelaksana para dosen, dan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan workshop ini. Akhirnya Wakil Dekan bidang 2 mewakili Dekan FBS membuka secara resmi kegiatan Workshop Silat Betawi pada Program Studi Pendidikan Tari FBS UNJ.

Wakil Dekan 3 Prof. Dr. Dinny Devi Triana, S.Sn,. M.Pd memberikan plakat apresiasi kepada narasumber.

Sekilas Tentang Pencak Silat Betawi

Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Kepulauan Nusantara (Indonesia). Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku bangsa Nusantara (Indonesia). Demikian dipaparkan oleh Bang Bachtiar. Lebih lanjut Bachtiar memaparkan, pada Harian berbahasa Belanda: Soerabaiasch Handelsblad, Senin 17 April 1882. Di sebuah artikel khusus mengenai peristiwa-peristiwa perseteruan antara seorang perawat kuda yang berasal dari Betawi dengan tuannya seorang Belanda. Orang Betawi yang tidak menerima diperlakukan dengan kasar menantang tuannya dengan melontarkan perkataan untuk mencoba pukulan dengannya. Selain itu pada Harian berbahasa Belanda: Bataviaasch Nieuwsblad, Selasa 19April 1892. Dalam sebuah artikel rubrik Voorheen en Thans (Dulu dan Sekarang) pembunuhan terhadap seorang natif Betawi bernama Mawi yang terjadi di rumahnya di Gang Kernollong, Kwitang pada malam minggu (17 April 1892).karena ada rasa “sakit hati” kawannya yang bernama Saridin sewaktu berlatih “Main Pukulan”. Ini sebagai ilustrasi lahirnya Silat Betawi.

Sejarah Lahirnya Silat Betawi

Harian berbahasa Belanda: Het Vaderland, Jumat 19 Desember1924. Dalam sebuah artikel laporan berita daerah di Wonosobo tentang pertunjukan di sebuah bazaar beberapa kesenian tradisional, salah satunya adalah kesenian Pentjak Betawie yang diperagakan oleh dua orang Betawi bernama Soejoedi dan Abdoel Madji Silat Betawi atau yang dalam istilah lokal secara umum disebut Maen Pukulan diperkirakan lahir bersamaan dengan terbentuknya etnis Betawi itu sendiri, yaitu di sekitar pertengahan abad ke-19. Di mana masyarakat setempat pada masa itu sering mempertunjukkan seni silat di saat pesta perkawinan atau khitanan. Bahwa silat tidak hanya berfungsi sebagai ilmu bela diri, namun sudah menjadi suatu produk sosial, seni budaya yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa aliran dalam pencak silat Betawi, diantaranya :   Cingkrik,  Beksi, Kotek, Sabeni, dan  Troktok. Jurusnya seperti menari sambut jadi persamaan dari semua jurus seperti nama nama binatang ciri khas dari gerakan silat betawi dibandingkan dengan silat- silat dari daerah lain adalah berbagai teknik serangan, tepisan (kelit) sekaligus mematahkan serangan maupun teknik kuncian hampir bisa dipastikan mengarah pada daerah vital lawan. Sehingga wajar bila silat tradisi sulit masuk jenjang prestasi alias tidak dipertandingkan. Satu-satunya cara agar silat tradisi tetap dikenal dan mendapat tempat di hati masyarakat adalah lewat ajang Festival Silat.

ciri khas dari gerakan silat betawi, teknik serangan, tepisan (kelit) sekaligus mematahkan serangan

Silat sebagai dasar Pengembangan Gerak Tari

Pencak Silat dan Tari mempunyai dua ciri dasar yang sama. Pertama, keduanya mempunyai aspek olah tubuh yang kuat, dan kedua, keduanya dibentuk atau diwarnai oleh kebudayaan yang melingkupinya. Di sini sudah terlihat, bahwa kedua ciri dasar itu dapat pula dimiliki oleh jenis-jenis kegiatan lain seperti misalnya permainan-permainan atau olah raga kedaerahan. Karena itu marilah kita cari persamaan lain yang mungkin dapat menjadi pengertian yang sama untuk menjajarkan tari dan pencak silat. Persamaan ini mungkin, keduanya mengandung unsur gerak yang indah dan dalam pernyataan geraknya memperlihatkan adanya struktur. Itu yang tidak selalu dimiliki oleh kegiatan-kegiatan olah fisik yang lain.

Sebagai kegiatan olah fisik, maka pencak silat maupun tari mengembangkan metode-metode latihan tubuh tertentu. Pada keduanya kemampuan gerak tubuh dikembangkan sejauh mungkin, terutama yang berupa kekuatan tubuh dan kecepatan gerak. Bedanya adalah, bahwa pada pencak ditambahkan Latihan-latihan untuk mendapatkan kekebalan atau kekuatan yang luar biasa dari tubuh, serta untuk memiliki kecepatan reaksi. Pada tari, yang ditambahkan adalah latihan-latihan untuk mengembangkan kepekaan akan rasa gerak dan rasa irama. Baik tari maupun pencak adalah sistem olah tubuh yang memiliki struktur. Dalam hal ini banyak persamaan antara keduanya.

Bagikan Artikel Ini!

Ojang Cahyadi

Dosen Pendidikan Tari Universitas Negeri Jakarta, Seniman Karawitan, dan Penulis

This Post Has One Comment

Leave a Reply