Objektifikasi Subjekti. Peran PGSD Mengembangkan Profesionalisme Calon Guru

Dalam bidang pendidikan, subjek dan objek berperan tidak hanya sebagai konsep filosofis tetapi juga sebagai realitas sehari-hari. Dalam konteks ini, objektifikasi subjektif, fenomena di mana individu dipandang sebagai objek, bukan subjek yang memiliki otonomi dan kompleksitas, menjadi sangat penting. Dalam dunia pendidikan, guru seringkali dituntut untuk memahami dan merespon kebutuhan individu siswanya. Namun bagaimana jika peran guru juga diobjektifikasi oleh sistem yang ada? Essai ini akan membahas bagaimana transformasi profesionalisme guru di masa depan dari objektifikasi subjektif, khususnya dalam Program Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Bagaimana hal ini dapat memainkan peran kunci dalam mengatasi permasalahan ini Dengan menunjukkan bahwa guru juga merupakan manusia dengan kompleksitas, punya tantangan, dan tujuannya masing-masing, banyak orang meremehkan guru sebagai alat pendidikan dibandingkan sebagai pemegang peran yang meningkatkan kehidupan yang akan mempengaruhi masa depan mereka. Kami akan sedikit mengeksplorasi bagaimana PGSD dapat melakukannya menjadi medan pertempuran melawan pandangan seperti itu. Pencarian Harmoni di Dunia Kerja Profesionalisme sering kali terkesan dingin dan tidak berperasaan, yaitu untuk mencapai kesuksesan profesional penting. Faktanya, komitmen pribadi terhadap aktivitas profesional dapat menjadi kunci keseimbangan yang sehat dan berkelanjutan di dunia kerja. Keterlibatan pribadi tidak berarti membawa masalah pribadi ke tempat kerja atau membiarkan emosi memengaruhi kinerja. Sebaliknya, keterlibatan pribadi berarti mengenali keunikan individu dan dampak keunikan mereka terhadap cara mereka berinteraksi dengan orang lain dan melakukan tugas. Mengenali dan memahami kebutuhan, nilai, dan tujuan pribadi Anda sendiri akan membantu Anda memahami cara terbaik untuk berkontribusi pada lingkungan profesional. Pentingnya komitmen pribadi terhadap aktivitas profesional dapat dilihat dari beberapa aspek. Salah satunya, keterlibatan pribadi memungkinkan kita membangun hubungan yang lebih kuat dan bermakna dengan kolega dan pelanggan. Membuka diri secara pribadi menciptakan ruang untuk empati, pengertian, dan kolaborasi yang lebih besar. Hal ini memungkinkan tim untuk bekerja sama secara efektif dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan kolaboratif. Ringkasnya, komitmen pribadi terhadap aktivitas profesional bukanlah sebuah ancaman, melainkan sebuah kekuatan yang dapat memperkaya pengalaman Anda di dunia kerja. Dengan mengenali dan menghargai aspek pribadi diri kita sendiri dan orang lain, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, peduli, dan berkelanjutan. Pendidikan merupakan landasan yang kuat dalam membentuk individu dan masyarakat. Seiring perubahan zaman, kebutuhan akan pendidikan terus meningkat, tidak hanya dalam bidang akademik namun juga dalam pertumbuhan pribadi. Sebagai calon guru, pengembangan diri melalui refleksi dan praktik (PDRP) sangat penting untuk menumbuhkan profesionalisme pendidik, khususnya pada program gelar Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Introspeksi adalah jendela menuju pemahaman diri yang lebih dalam. Dalam konteks PGSD, refleksi tidak terbatas pada evaluasi pengalaman pendidikan, tetapi juga meluas ke bidang yang lebih luas seperti nilai-nilai pribadi, sikap profesional, dan keterampilan interaksi sosial. Melalui refleksi, calon guru mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, menggali nilai-nilai yang mendasari perilaku, dan mengembangkan pemahaman tentang pola pikir dan emosi. Pengembangan diri melalui refleksi dan praktik bukan hanya sekedar tambahan dalam kurikulum PGSD, namun merupakan inti dari pelatihan profesionalisme pendidik. Sinergi antara refleksi mendalam dan praktik yang berorientasi pada tindakan memungkinkan calon guru mengasah keterampilannya dan terus meningkatkan kualitasnya. Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi guru yang berkompeten secara akademis, namun juga menjadi individu yang menjalankan perannya sebagai agen perubahan dunia pendidikan dengan integritas, empati, dan komitmen yang besar. Mengatasi bias dan stereotip dalam profesi guru di PGSD Profesi guru pada Program Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) mempunyai peranan sentral dalam membentuk karakter, pengetahuan dan sikap peserta didik. Namun, dalam menjalankan tugasnya, guru seringkali tanpa disadari mengembangkan bias dan stereotip yang dapat mempengaruhi pengajaran dan interaksinya dengan siswa. Oleh karena itu, penting untuk mengenali, memahami, dan mengatasi bias dan stereotip yang mungkin muncul dalam profesi ini. Dengan memahami bahwa setiap siswa adalah individu unik dengan kebutuhan dan potensi berbeda, guru dapat mengurangi potensi bias dan stereotip dalam pengajarannya. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung. Guru dapat menumbuhkan budaya menghormati perbedaan, mendukung dialog terbuka, dan menciptakan ruang di mana siswa merasa dilibatkan dan didengarkan. Dengan menciptakan suasana inklusif, guru dapat mengurangi risiko bias dan stereotipe ketika berinteraksi dengan siswa. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa juga dapat membantu mengatasi bias dan stereotip di kelas. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajarannya, guru dapat mengakomodasi gaya belajar yang berbeda dan memperkuat hubungan guru-siswa. Dengan cara ini, guru dapat menghindari tindakan berdasarkan bias dan stereotip tertentu. Tulisan ini menyoroti sedikit dari peran penting Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dalam mengembangkan profesionalisme calon guru. Ada diskusi tentang bagaimana calon guru seringkali dilihat sebagai objek dari sudut pandang subjektif, dengan stereotipe dan ekspektasi yang tidak realistis. Pentingnya pengembangan profesionalisme, di tengah tantangan dan peluang yang dihadapi, juga menjadi fokus. Terakhir, ada panggilan untuk perubahan dalam pendekatan terhadap pendidikan guru, dengan menekankan perlunya melihat calon guru sebagai subjek yang memiliki potensi besar.

Baca juga:  Merayakan Hari Anak Nasional: Mewujudkan Masa Depan yang Lebih Baik untuk Generasi Mendatang

Leave a Reply