Stres, cemas, depresi di sekolah: perlukah pendidikan kesehatan mental

Mitra Palupi

Informasi dari fachrihelmanto.com, dalam beberapa tahun terakhir, isu kesehatan mental telah menjadi sorotan utama dalam berbagai diskusi publik. Di tengah tuntutan akademis yang tinggi, tekanan sosial, dan berbagai tantangan lain yang dihadapi siswa, pentingnya kesehatan mental di lingkungan sekolah tidak bisa lagi diabaikan. Namun, sejauh mana pendidikan kesehatan mental harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah? Pertanyaan ini menjadi semakin relevan ketika kita menyadari bahwa kesehatan mental adalah fondasi bagi keberhasilan akademik dan kesejahteraan siswa secara keseluruhan.

Sebagai mahasiswa doktoral dalam bidang linguistik terapan, Fachri melihat kesehatan mental melalui lensa teori humaniora, terutama melalui pendekatan psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson. Erikson mengembangkan teori perkembangan psikososial yang menekankan pentingnya setiap tahap kehidupan dalam membentuk identitas dan kesejahteraan individu. Pada tahap-tahap kritis seperti masa kanak-kanak dan remaja, dukungan psikososial yang memadai sangat penting untuk perkembangan mental yang sehat.

Dalam konteks ini, pendidikan kesehatan mental di sekolah dapat dilihat sebagai langkah preventif yang membantu siswa mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan emosional dan sosial. Dengan mengintegrasikan pendidikan kesehatan mental ke dalam kurikulum, sekolah tidak hanya mendidik siswa tentang bagaimana mencapai prestasi akademik, tetapi juga memberikan mereka alat untuk membangun ketahanan mental yang akan berguna sepanjang hidup mereka.

Baca juga:  Mengukir Kesuksesan di Era Digital: Kunci Keterampilan SMK untuk Masa Depan

Dayana

Dosen MNC

Leave a Reply