Pelatihan Waditra Rebab Sunda di Sanggar “Gandes Pamantes” Kota Bogor: Upaya Melestarikan Identitas Budaya

Ojang Cahyadi memberikan teknik gesek untuk memainkan rebab

Kegiatan pengabdian masyarakat yang berlangsung selama satu bulan 19 Agustus hingga 19 September 2024 di Sanggar Tari “Gandes Pamantes” Kota Bogor adalah wujud nyata sinergi antara institusi pendidikan dan komunitas seni dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya lokal. Pada kesempatan ini, pelatihan waditra Rebab Sunda menjadi fokus utama. Rebab Sunda, sebagai salah satu alat musik tradisional khas Jawa Barat, memiliki peran penting dalam berbagai kesenian daerah. Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek menggunakan busur pada dua dawai yang menghasilkan melodi lembut dan mendayu. Rebab Sunda tidak hanya menjadi instrumen musik, tetapi juga simbol identitas budaya masyarakat Sunda.

Rebab Sunda memiliki bentuk unik. Badannya biasanya terbuat dari kayu atau batok kelapa yang dihias dengan ukiran khas, sementara dawai-dawainya direntangkan pada leher panjang. Dalam seni tradisional Sunda, Rebab digunakan untuk mengiringi pertunjukan tari, gamelan, hingga seni tembang. Nada-nada yang dihasilkan oleh Rebab sering kali dianggap mampu menyentuh emosi, membawa pendengarnya ke dalam suasana yang penuh makna dan sarat akan nilai-nilai budaya. Maka, memilih Rebab Sunda sebagai fokus pelatihan tidak hanya bertujuan meningkatkan keterampilan teknis para seniman karawitan, tetapi juga memperkuat pemahaman tentang filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Kegiatan ini melibatkan seniman karawitan Kota Bogor sebagai peserta, dengan bimbingan dari tim pengabdian masyarakat yang berasal dari Program Studi Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. Selain para dosen yang bertindak sebagai instruktur utama, mahasiswa turut serta dalam proses pelatihan, baik sebagai fasilitator maupun pendukung kegiatan. Keterlibatan mahasiswa memberikan manfaat ganda. Di satu sisi, mereka dapat mempraktikkan ilmu yang didapatkan di kampus, sedangkan di sisi lain, mereka belajar langsung dari masyarakat tentang bagaimana seni budaya lokal menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Baca juga:  Penyerahan Mahasiswa KKN FAIPG Universitas Djuanda di Desa Sirnaresmi : Langkah Awal Penuh Harapan

Sanggar Tari “Gandes Pamantes” dipilih sebagai lokasi pelatihan karena peran strategisnya dalam pelestarian seni tradisional di Kota Bogor. Sanggar ini dikenal sebagai pusat aktivitas budaya yang aktif mempromosikan seni tari dan musik tradisional kepada masyarakat luas. Dengan adanya pelatihan waditra Rebab Sunda, sanggar diharapkan dapat memperkaya repertoar seni yang mereka miliki sekaligus menjadikan Rebab Sunda sebagai salah satu instrumen yang berkembang dan dipertahankan dalam iringan tari tradisional Sunda.

Identitas budaya merupakan elemen penting yang mencerminkan keunikan dan jati diri suatu masyarakat. Dalam konteks masyarakat Sunda, identitas budaya terwujud melalui tradisi, seni, bahasa, adat istiadat, dan nilai-nilai yang diwariskan secara turun-temurun. Identitas ini menjadi ciri khas sekaligus perekat yang memperkuat kesatuan suatu komunitas. Memahami dan melestarikan identitas budaya menjadi sangat penting, terutama di era globalisasi yang cenderung menyeragamkan berbagai aspek kehidupan. Pelestarian identitas budaya bukan hanya soal menjaga tradisi masa lalu, tetapi juga sebagai cara untuk merawat keberagaman budaya yang menjadi kekayaan bangsa.

Tradisi musik Sunda sendiri adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Sunda. Musik ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana spiritual, pengiring upacara adat, dan media penyampaian pesan moral. Dalam filosofi Sunda, harmoni yang tercipta dari alat-alat musik tradisional seperti Rebab, kacapi, suling, dan kendang mencerminkan hubungan yang selaras antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Melalui musik, nilai-nilai ini disampaikan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, tanpa upaya aktif untuk melestarikan tradisi ini, ada risiko bahwa musik tradisional seperti ini bisa terpinggirkan oleh budaya populer yang mendominasi.

Pelatihan waditra Rebab Sunda ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang holistik kepada para peserta. Selain mempelajari teknik dasar dan lanjutan dalam memainkan Rebab, peserta juga diberi pengetahuan tentang sejarah dan filosofi alat musik ini. Dengan menggabungkan pendekatan teori dan praktik, pelatihan ini memastikan bahwa para peserta tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga memahami konteks budaya dan nilai-nilai yang terkandung dalam Rebab Sunda.

Baca juga:  Kolaborasi Tari UNJ Mengukir Kreativitas dan Dampak Budaya Baru

Proses pelatihan berlangsung dalam suasana yang penuh semangat. Para peserta, yang sebagian besar adalah seniman karawitan, menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam setiap sesi. Tantangan yang muncul selama proses belajar, seperti kesulitan menghasilkan nada-nada tertentu, tidak menyurutkan semangat mereka. Justru, keberhasilan mengatasi tantangan tersebut menjadi momen yang memperkuat kepercayaan diri para peserta. Pelatihan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan individu, tetapi juga membangun solidaritas di antara para peserta, menciptakan rasa kebersamaan yang kuat dalam melestarikan seni tradisional Sunda.

Hasil dari pelatihan ini memberikan dampak positif yang luas. Pada tingkat individu, para peserta memperoleh keterampilan baru dan pemahaman yang lebih dalam tentang Rebab Sunda. Di tingkat komunitas, pelatihan ini memperkuat ekosistem seni lokal dengan kehadiran seniman yang lebih terampil dan berwawasan luas. Sanggar Tari “Gandes Pamantes” juga diuntungkan dengan peningkatan kualitas dan keragaman seni yang mereka tawarkan kepada masyarakat.

Lebih jauh lagi, kegiatan ini berkontribusi pada upaya menjaga keberlanjutan warisan budaya Sunda. Warisan budaya, baik yang berupa benda (tangible) seperti alat musik maupun yang tak benda (intangible) seperti tradisi dan nilai-nilai, adalah aset berharga yang harus dijaga. Warisan budaya tidak hanya menjadi penanda identitas suatu masyarakat, tetapi juga sumber inspirasi dan inovasi. Dengan mempertahankan warisan budaya, kita memastikan bahwa generasi mendatang dapat mewarisi kekayaan yang sama dan menggunakannya sebagai landasan untuk menghadapi tantangan zaman.

Baca juga:  Matara Production dari Universitas Negeri Jakarta Memenangkan Lomba Teater Miss Tjitjih 2023 dengan Kuntilanak Sumur Tua

Di era globalisasi yang semakin kuat, pelestarian warisan budaya menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Globalisasi cenderung menyeragamkan berbagai aspek kehidupan, sehingga mengancam keberagaman budaya lokal. Dalam konteks ini, warisan budaya lokal seperti musik tradisional Sunda menjadi jangkar yang menjaga masyarakat agar tidak kehilangan jati diri. Selain itu, budaya lokal yang terpelihara dengan baik dapat menjadi daya tarik pariwisata dan sumber daya ekonomi yang berkelanjutan.

Pelatihan waditra Rebab Sunda di Sanggar Tari “Gandes Pamantes” ini menjadi contoh nyata bagaimana upaya pelestarian budaya dapat dilakukan secara efektif melalui kolaborasi antara akademisi, praktisi seni, dan komunitas lokal. Kegiatan seperti ini tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada peserta, tetapi juga memperkuat hubungan antara institusi pendidikan dan komunitas budaya lokal. Dengan melibatkan generasi muda, pelatihan ini juga membuka jalan bagi regenerasi pelestari seni tradisional, memastikan bahwa warisan budaya tidak hanya lestari, tetapi juga terus relevan di masa depan.

Melalui upaya ini, seni tradisional seperti Rebab Sunda tidak hanya menjadi artefak masa lalu, tetapi juga bagian hidup dari identitas budaya masyarakat Indonesia yang kaya dan beragam. Langkah-langkah pelestarian seperti ini perlu terus didukung dan dikembangkan, agar seni tradisional tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di tengah arus perubahan zaman yang semakin dinamis. Dengan demikian, warisan budaya bangsa tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga kekuatan yang memperkaya kehidupan masyarakat secara keseluruhan. (Fachri)

Tim Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) :

Ojang Cahyadi, S.Sn, M.Pd (Ketua)

Tuteng Suwandi, S.Kar, M.Pd (Anggota)

Iman Firmansyah (Mahasiswa)

Rizki Muhamad (Mahasiswa)

Dokumentasi kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat Di Sanggar Gandes Pamantes Kota Bogor

Fachri Helmanto

Dosen Universitas Djuanda, Editor dan Penulis

Leave a Reply