Ujungan di Ujung Tanduk: Revitalisasi Kesenian Ujungan di Babelan Bekasi

Babelan, Bekasi – Ujungan, sebuah kesenian tradisional yang meriah dan penuh semangat, kini mendapatkan sorotan dengan upaya revitalisasi yang dilakukan di Kabupaten Bekasi. Kesenian Ujungan, yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, merupakan permainan yang melibatkan adu fisik dengan rotan sebagai alat, diiringi oleh musik.

Kesenian Ujungan memiliki akar yang dalam dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Tradisi ini seringkali dilakukan sebagai hiburan dan penyemangat saat menunggu waktu panen tiba, atau saat kemarau panjang melanda. Aktivitas ini, yang awalnya dimaksudkan untuk menghilangkan rasa bosan, kini telah menjadi permainan yang rutin dilakukan setelah panen atau kemarau panjang.

Permainan Ujungan biasanya dimulai dengan permainan musik, yang berfungsi sebagai panggilan untuk memulai pertandingan. Suara alat musik ini mengundang peserta dan penonton lain untuk bergabung dalam arena Ujungan, menciptakan momen yang penuh semangat.

Asal-usul Nama “Ujungan”

Terdapat dua versi yang mengungkap asal-usul nama “Ujungan.” Penjelasan pertama menyiratkan bahwa nama ini merujuk pada suara yang dihasilkan oleh alat musik yang digunakan untuk memulai pertandingan, yang terdengar seperti “ujung-ujujng.” Sementara itu, versi kedua mengatakan bahwa nama ini berasal dari gerakan khas para peserta saat mereka memasuki arena pertandingan Ujungan. Gerakan ini tidak hanya dimaksudkan sebagai tindakan formalitas, tetapi juga sebagai sebuah ajakan, tantangan, atau bahkan ejekan kepada penonton lain untuk ikut bergabung dalam pertandingan.

Jadi, nama “Ujungan” memiliki akar yang mungkin terkait dengan karakteristik khas yang menjadi ciri pertandingan ini. Dari sisi bunyi yang menarik perhatian hingga tindakan dramatis para peserta yang berusaha mempengaruhi penonton, nama ini mencerminkan esensi dari apa yang membuat Ujungan menjadi sebuah spektakel yang menarik dan menghibur.

Jejak Ujungan di Bekasi

H. Kasir Pimpinan Sanggar Supados (Sumber: Abie)

Haji Kasir, seorang pribadi yang bersemangat untuk menghidupkan kembali tradisi Ujungan di Bekasi, berbagi pengalamannya tentang masa kecilnya ketika ia pertama kali menyaksikan keriuhan permainan Ujungan. Dia menggambarkan bagaimana Ujungan pada awalnya merupakan sebuah acara yang dilakukan dengan penuh sportivitas dan kegembiraan. Pada masa itu, orang-orang berkumpul di arena pertandingan dengan semangat yang tinggi untuk menikmati pertandingan ini.

Baca juga:  Universitas Negeri Jakarta Membawa Kebudayaan Nusantara Bersinar di Pembukaan Konferensi Internasional The 1st Biannual dengan Tari Gegembyungan

Namun, Haji Kasir juga mencatat bahwa seiring berjalannya waktu, tradisi Ujungan bisa berubah dan mengalami perubahan yang tidak selalu positif. Ia mengamati bahwa dalam beberapa kasus, semangat kompetisi bisa berkembang menjadi kekerasan yang merembet keluar dari arena permainan. Ini adalah perubahan yang mencemaskan, karena tradisi yang awalnya dirancang untuk menghibur dan mempersatukan masyarakat dapat berubah menjadi sumber konflik.

Upaya Haji Kasir untuk menghidupkan kembali tradisi Ujungan mungkin bertujuan untuk mengembalikan esensi sportivitas dan kegembiraan yang mendasari tradisi ini pada awalnya. Dengan demikian, dia berharap dapat membawa kembali kegembiraan dan persatuan dalam budaya Ujungan Bekasi yang mungkin telah tergerus oleh waktu dan perubahan.

Aturan Permainan Ujungan

Dalam permainan Ujungan, terdapat sejumlah aturan yang harus diikuti guna menjaga kelancaran pertandingan dan keselamatan peserta. Salah satu aturan pertama dan paling utama adalah tentang bagian tubuh yang boleh dipukul dan yang tidak boleh. Aturan ini sangat penting untuk mencegah cedera serius. Dalam Ujungan, hanya bagian-bagian tubuh tertentu yang boleh dijadikan sasaran pukulan, sementara bagian tubuh yang lebih sensitif atau berisiko tinggi untuk cedera, seperti kepala, leher, dan perut, harus dihindari. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pertandingan tetap menyenangkan dan aman bagi semua peserta.

Selain aturan tentang pukulan, alat musik juga memainkan peran yang sangat penting dalam permainan Ujungan. Alat-alat musik seperti gendang, gong, dan biola digunakan dengan tujuan beragam. Mereka digunakan untuk memanggil orang-orang datang ke arena pertandingan, menambah semarak pertunjukan, dan menciptakan suasana yang khas dari Ujungan. Suara alat musik ini tidak hanya memberikan sisi musikalitas pada pertandingan, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi dan budaya Ujungan, memberikan elemen keunikan yang khas dalam setiap permainan. Dengan demikian, alat musik memiliki peran yang signifikan dalam menciptakan pengalaman yang unik dan berkesan bagi semua yang terlibat dalam Ujungan.

Referensi Ujungan

Tarian Tradisional Sebagai Bagian Revitalisasi Ujungan (Sumber: Mega Suryanti)

Sayangnya, kesenian Ujungan belum banyak diteliti secara komprehensif, terutama di Kabupaten Bekasi. Masih ada banyak aspek yang perlu diungkap dan dipelajari mengenai tradisi ini. Dalam rangka melestarikan dan memahami lebih dalam Ujungan, penelitian yang lebih mendalam dan dokumentasi budaya sangat diperlukan.

Baca juga:  objektif dan subjektif terkait pendidikan sekolah dasar

Beberapa area yang dapat menjadi fokus penelitian meliputi sejarah perkembangan Ujungan, peran dan makna simbolik alat musik dalam pertunjukan, evolusi aturan permainan, serta dampak sosial dan budaya dari Ujungan terhadap masyarakat di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang tradisi Ujungan, serta membantu dalam upaya pelestariannya agar tidak terlupakan atau mengalami perubahan yang tidak diinginkan.

Selain itu, kolaborasi dengan komunitas lokal dan para tokoh budaya setempat juga dapat menjadi langkah penting dalam menggali pengetahuan tentang Ujungan. Dengan adanya upaya untuk mendokumentasikan, menganalisis, dan memahami tradisi ini, kita dapat berkontribusi pada pelestarian warisan budaya yang kaya dan berharga serta meningkatkan pemahaman tentang kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Bekasi.

Revitalisasi Kesenian Ujungan oleh Sanggar Supados di Babelan

Upaya pelestarian kebudayaan dan seni tradisional terus berlanjut di Kabupaten Bekasi, dengan Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga yang memilih Sanggar Supados yang dipimpin oleh Haji Kasir sebagai tonggak utama dalam program revitalisasi Kesenian Ujungan. Sanggar Supados telah menerima bimbingan dari dua ahli seni yang sangat berpengalaman. Muhamad Habib Koesnady, seorang pakar teater, memainkan peran penting dalam mengarahkan upaya revitalisasi seni Ujungan ini, membantu dalam menyusun dan mempresentasikan kemasan kesenian dengan penuh semangat. Sementara itu, Mega Suryanti, seorang ahli tari dan alumni dari Universitas Negeri Jakarta, telah memberikan kontribusi berharga dengan memberikan beragam motif gerak tari yang memperkaya penampilan seni Ujungan. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen yang kuat dalam melestarikan warisan budaya dan seni tradisional serta memastikan bahwa keindahan Kesenian Ujungan tetap hidup dan bersemangat.

Sanggar Supados telah lama berkomitmen untuk menghidupkan kembali tradisi Ujungan berdasarkan ingatan dan cerita turun temurun dari anggotanya yang sudah sepuh. Mereka bersama-sama merumuskan langkah-langkah revitalisasi yang bertujuan untuk melestarikan dan memperbarui Ujungan agar tetap relevan di zaman modern. Kerja sama ini melibatkan berbagai elemen, termasuk penggunaan alat musik tambahan seperti gendang, gong, dan biola. Penggunaan alat musik ini diharapkan dapat menambah elemen keaslian dan menarik dalam pertunjukan Ujungan, sehingga lebih menghibur dan mengundang minat penonton muda. Dengan menyesuaikan tradisi dengan perkembangan zaman, Sanggar Supados berusaha menjaga keunikan Ujungan tanpa menghilangkan esensi budayanya.

Baca juga:  Revitalisasi Kurikulum: Meningkatkan Kualitas Lulusan SMK Melalui Integrasi Teknologi

Selain itu, Sanggar Supados juga melihat potensi penggunaan Ujungan dalam berbagai acara di Babelan dan Kabupaten Bekasi, seperti dalam prosesi pernikahan dan penyambutan tamu. Hal ini dapat membuka peluang baru untuk mempopulerkan Ujungan dan membuatnya lebih terintegrasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Kerja sama antara Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Bekasi dengan Sanggar Supados adalah langkah yang positif dalam upaya melestarikan dan memperbarui tradisi Ujungan, menjaga warisan budaya yang berharga, dan memungkinkan generasi muda untuk mengenal serta menghargai kekayaan budaya lokal mereka.

Masa Depan Ujungan

Hafidz Sugiarto, seorang pelaku Ujungan, memiliki harapan besar bahwa kesenian Ujungan akan terus berkembang dan diteruskan oleh generasi yang akan datang. Upaya revitalisasi yang sedang dilakukan membuka peluang yang sangat berarti untuk melestarikan dan memperkenalkan tradisi yang berharga ini kepada dunia yang lebih luas.

Melalui revitalisasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesenian Ujungan, tradisi ini memiliki peluang untuk terus hidup dan berkembang. Dengan demikian, Ujungan tidak hanya akan mempertahankan pesonanya sebagai pertunjukan tradisional yang menghibur, tetapi juga akan menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang. Selama beberapa waktu, Ujungan mungkin mengalami penurunan perhatian dan popularitas, tetapi dengan semangat pelestarian dan kerja keras para individu seperti Hafidz Sugiarto, tradisi ini kini mengalami revitalisasi. Ujungan menjadi lambang kekayaan budaya Indonesia yang patut dijaga dengan bangga. Dengan perpaduan antara tradisi yang kuat dan semangat berinovasi, Ujungan memiliki potensi untuk memancarkan cahaya baru dan terus menginspirasi dan menghibur banyak orang, baik di tingkat lokal maupun global.




[wp_objects_pdf]

Klik Button diatas untuk mengunduh versi PDF

Deden Haerudin

Dosen, Sutradara dan Penulis Naskah Teater

Leave a Reply