Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk meningkatkan potensi diri. Dalam proses pengembangannya, banyak sistem yang diimplementasikan dalam pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan. Hasil belajar dapat ditentukan dengan mengukur sejauh mana potensi hasil belajar siswa berkaitan dengan kemandirian belajar dan pendidikan anak negeri. Pada pendidikan yang paling sederhana, pendidikan sering diartikan sebagai usaha seseorang untuk mengembangkan kepribadiannya, sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan budaya. Pendidikan atau pedagogi mengacu pada bimbingan atau bantuan sadar orang dewasa saat mereka tumbuh dewasa. Pendidikan diartikan sebagai usaha seseorang atau sekelompok orang lain untuk mengembangkan atau mencapai taraf hidup yang lebih tinggi atau mencapai taraf hidup yang lebih tinggi. Pertanyaan utama sebelum melakukan penilaian adalah apa yang hendak dinilai. Pertanyaan ini mengingatkan kita pada unsur belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar terdiri dari empat unsur yaitu tujuan materi, metode, alat dan evaluasi. Dengan tujuan sebagai fokus pembelajaran, maka tujuan mengajar adalah membentuk perilaku yang ingin diperlihatkan siswa setelah memperoleh atau belajar. Materi adalah sekumpulan informasi ilmiah yang diuraikan dalam kurikulum, yang ditransmisikan atau diolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar. Metode atau sarana adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan. Evaluasi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah digunakan sebagai alat penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Penilaian pembelajaran, atau sering kali penilaian hasil belajar, merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran, karena guru dapat melihat dan menentukan hasil belajar selama proses pembelajaran. Tes yang baik yang telah diujikan terlebih dahulu hendaknya digunakan untuk menilai siswa, kemudian guru dapat memberikan skor pada tes tertentu berdasarkan tanggapan siswa, yang dapat digunakan sebagai informasi yang relevan dengan perkembangan. hasil belajar siswa (Sumardi, 2020). Evaluasi mempunyai penilaian dan pengukuran yang saling berkaitan. Menilai berarti menilai sesuatu dan mengukur berarti membandingkan sesuatu atas dasar tertentu. Jadi dalam penilaian dilakukan pengukuran untuk menentukan suatu nilai yang akan dinilai, dan bentuk pengukurannya adalah pengujian, dan pengujian dalam dunia pendidikan dikenal dengan tes penilaian atau disebut dengan tes. Ini adalah tes yang diberikan guru kepada siswa di lingkungan sekolah untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar. Tes yang dapat dilakukan guru adalah tes objektif dan subjektif. Tes obyektif merupakan tes yang jawabannya berupa kata atau kalimat dengan menuliskan kode-kode tertentu terhadap jawaban yang diberikan, sedangkan tes subyektif berupa karangan atau uraian (Wahyuni, A.A.Y, Suarni, Kt, 2014). Kedua tes tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tes esai atau deskriptif menuntut siswa berpikir akurat, kreatif, analitis, dan kritis. Selain itu, siswa juga dituntut memiliki keterampilan lisan, yaitu kemampuan mengungkapkan pemikirannya dalam bahasa. Namun esai ini mempunyai kelemahan yaitu sangat subjektif dalam penilaiannya.
Sementara itu, Suharsini Arikunto mengungkapkan bahwa soal tes objektif dapat mencakup atau mewakili topik secara luas, sehingga dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dan tes objektif tersebut juga dapat mengevaluasinya dengan cepat. Kelemahan tes objektif ini adalah kurangnya kemampuan berpikir kritis dan analitis. Ada dua bentuk tes yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah tes yang mempunyai nilai tetap, satu soal bernilai 1 poin, yaitu jawaban salah bernilai 0 dan jawaban benar bernilai 1 poin. Sedangkan tes subjektif adalah tes yang mempunyai jawaban berbedabeda terhadap pengetahuan siswa. Tes obyektif dan subyektif mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, salah satunya adalah proses koreksi jawaban yang dilakukan siswa. Pada tes objektif koreksi lebih mudah karena terdapat satu jawaban benar dan beberapa alternatif jawaban salah, sedangkan pada tes subjektif memerlukan banyak waktu dan tenaga karena dalam tes subjektif itu guru harus membaca jawaban siswa. satu demi satu. satu dan kemudian Tes subjektif ini tidak dapat dikoreksi oleh orang lain, karena jika guru menganggap suatu jawaban benar, belum tentu orang lain menganggapnya benar. Umtuk mengatasi kekurangan kekurangan yang ada diantaranya : Tes Objektif: 1. Perluas cakupan materi: Tes objektif cenderung hanya mengukur pemahaman konseptual dasar. Perluas cakupan materi yang diuji untuk memastikan siswa tidak hanya menghafal, tetapi benar-benar memahami materi. 2. Kembangkan soal yang rumit: Buat soal yang mendorong pemikiran kritis dan penerapan konsep, daripada hanya menanyakan fakta-fakta langsung. Ini membantu memperkuat pemahaman dan penerapan pengetahuan. 3. Verifikasi soal: Pastikan setiap soal memiliki satu jawaban yang benar dan tidak ambigu. Hindari soal yang memungkinkan interpretasi ganda atau jawaban subjektif. 4. Beri umpan balik yang jelas: Setelah tes, berikan umpan balik yang jelas kepada siswa tentang kesalahan yang mereka buat. Ini membantu mereka memperbaiki pemahaman mereka. Tes Subjektif: 1. Gunakan rubrik penilaian yang jelas : Buat rubrik penilaian yang terperinci dan jelas sehingga siswa tahu apa yang diharapkan dari mereka dan guru dapat menilai secara konsisten. 2. Beri contoh yang jelas: Berikan contoh tangkas tentang apa yang diharapkan dari jawaban yang baik. Ini membantu siswa memahami standar penilaian dan memperbaiki kualitas jawaban mereka. 3. Latih keterampilan penulisan: Berikan pelatihan khusus dalam keterampilan penulisan yang diperlukan untuk menjawab tes subjektif dengan baik, termasuk organisasi, struktur, dan gaya penulisan. 4. Berikan kesempatan untuk umpan balik: Berikan siswa kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau meminta umpan balik tentang jawaban mereka sebelum atau setelah penilaian. Ini membantu mereka memahami di mana mereka dapat meningkatkan. 5. Perhatikan keadilan: Pastikan penilaian subjektif dilakukan secara adil dan tanpa bias. Gunakan rubrik yang objektif dan berpegang teguh pada standar penilaian yang sama untuk semua siswa.
Kesimpulan dari Essay ini adalah Penilaian pembelajaran atau sering kali penilaian hasil belajar merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena guru dapat melihat dan menentukan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Pasal 58 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyatakan bahwa “guru wajib melakukan evaluasi hasil belajar siswa untuk memantau proses, kemajuan, dan peningkatan hasil belajar siswa secara terus-menerus”. Penilaian atau pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan alat atau sering disebut tes. Ada dua bentuk tes yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah tes yang mempunyai jawaban tetap, seperti pilihan ganda, bakat, dan benar atau salah. Namun tes subjektif adalah tes yang jawabannya berbeda-beda, misalnya uraian bebas, uraian terbatas, dan sebagainya. Tes objektif dan subjektif mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, misalnya pada tes objektif sistem koreksinya lebih efisien dan efektif karena jawabannya sudah pasti dan dapat dibantu oleh korektor lain, sedangkan pada tes subyektif sistem koreksinya harus terbaca. dengan satu dengan yang satu, karena jawaban yang ditulis siswa berbeda dengan pengetahuannya dan korektor yang lain tidak dapat membantu, karena jika korektor menganggap jawabannya benar, belum tentu korektor yang lain juga menganggap jawabannya benar. menjadi benar juga. Namun tes subjektif ini dapat melatih pola berpikir siswa, mengembangkan pengetahuannya dan mengajarkan siswa untuk menyusun kata menjadi kalimat yang tepat dan baik.
Sumber yang saya dapatkan yaitu dari : PERBANDINGAN PENGGUNAAN TES OBJEKTIF DAN TES SUBJEKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR Ina Magdalena, Andini Aqmarani, Nurhalisa, Nazwakhairy Putri Syahra Universitas Muhammadiyah Tangerang Andiniaqmarani07@gmail.com nurhalisa0708@gmail.com